Monday 4 January 2016

Story about Odontectomy

Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Hai hai hai, rasanya udah lama nggak ngeblog. Apa kabar semua?

Untuk kali ini saya mau berbagi cerita mengenai pengalaman odontectomy pertama saya beserta rincian biayanya juga. Untuk teman-teman yang punya kasus serupa semoga bisa dijadikan solusi ya. Untuk teman-teman yang juga punya pengalaman odontectomy-nya bisa share juga di kolom komentar ya :)

Naaah, sebelum bercerita panjang lebar, untuk temen-temen yang ingin tau apa sih odontectomy itu, bisa klik di sini. Oke, langsung bercerita saja ya.

Bulan September 2014, bisa dibilang untuk pertama kalinya saya mengalami yang namanya sakit gigi lagi, karena memang sepertinya saya jarang banget ngalamin sakit gigi, tapi syukur Alhamdulillah-nya masih dikasih kesempatan buat ngerasain sakit gigi. Sakit gigi yang saya rasakan lebih dari tiga hari itu membuat aktivitas saya cukup terganggu, dan pada awalnya saya memutuskan untuk memeriksannya ke klinik gigi yang ada di kampus. Singkat cerita, setelah diperiksa, dokter Amel bilang ini gara-gara gigi dewasanya mau tumbuh, tapi dokter juga bilang kalau gigi ini harus diperiksakan lagi nanti karena tumbuhnya nggak normal, agak miring, dan berisiko impaksi. Dokter Amel juga mendiagnosa bahwa kemungkinan besar harus dilakukan operasi, ya karena tumbuhnya nggak bener itu tadi.


Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, dan sudah satu tahun, saya lupa bahwa saya punya gigi bungsu yang tumbuhnya miring, dan selama kurun waktu itu saya nggak periksa gigi bungsu ke dr. Amel, tapi dateng cuma buat nambal gigi aja. Harusnya kan periksa, tapi lupa, dan didukung dengan keadaan gigi bungsu saya yang baik-baik aja - kegiatan mengunyah saya tidak terganggu sedikit pun. Nah setelah satu tahun lebih, sekitar tanggal 12 Desember 2015, gigi bungsu kiri saya ngilu, ada luka tepat di dinding mulut dekat si gigi bungsu. Lukanya kayak sariawan gitu, ditambah kayak ada dinding mulut yang terbelah. Pokoknya perih, untuk buka mulut aja harus pelan-pelan, dan untuk makan butuh perjuangan yang luar biasa, makannya pun hanya bisa pakai gigi sebelah kanan. Nggak jarang juga sampai mata berair karena perih, padahal di tanggal 15 Desember itu saya diberi amanat untuk jadi moderator salah satu acara seminar di kampus. Oke itu nggak mungkin, dan pada akhirnya emang nggak dijabanin :(

Hari Senin, 21 Desember 2015, saya ketemu lagi deh sama dokter Amel buat konsultasi lagi masalah gigi saya yang 9 hari masih aja sakit dan mulut masih juga perih. Hasilnya, saya dapet surat rujukan ke salah satu laboratorium untuk melakukan panoramic. Bau-baunya emang udah nggak enak, soalnya dokter Amel udah bilang dan ngasih pilihan sama saya; operasi, atau seterusnya akan menderita, karena nggak bagus juga kalau dibiarkan seperti itu. Hmmm.

Laboratorium untuk Panoramic rujukan dokter Amel tertuju pada laboratorium Pramita, dan untuk panoramic di sana biayanya Rp180.000,00 (per tanggal 21 Desember 2015). Sebenarnya panoramic bisa dilakukan di mana aja, bagaimana doktermu merujuknya ke mana. Nah, setelah panoramic, di hari yang sama saya konsultasi lagi sama dokter Amel. Hasilnya, memang harus dilakukan operasi, atau yang dinamakan odontectomy. Cabut gigi kok pake istilah operasi-operasi? Kan serem. Menurut apa yang pernah saya baca, penanganan gigi yang biasa dengan gigi bungsu ini berbeda, untuk mengeluarkan gigi bungsu butuh pembedahan, jadi cabut gigi geraham bungsu ini termasuk operasi kecil. CMIIW.

Waktu itu kebetulan lagi minggu-minggunya UAS, jadi saya rasa operasinya dipending sampai UAS beres, hitung-hitung persiapkan mental juga. Semenjak itu, jadi banyak baca artikel tentang gigi, dan pengalaman odontectomy orang lain di blog pribadinya. Nggak ada satu pun review orang yang bilang odontectomy itu “sakit banget”, nggak ada! Akhirnya rasa takut itu dikalahkah jadi rasa penasaran. Oh ya, untuk biaya saya konsultasi sama dokter Amel itu masih free (karena klinik punya kampus, dan saya mahasiswa sana. Hehehe)

Selasa 29 Desember 2015, saya memutuskan untuk cek cek tempat yang saya pilih untuk melakukan odontectomy di sana, tapi sebelumnya saya mau memastikan dulu apa bener gigi ini kudu dimusnahkan, atau masih bisa dipertahankan. Eeeh, setelah konsultasi, ternyata dokter dan koasnya bilang kalau yang harus dicabut bukan cuma gigi bungsu kiri (yang sakit), tapi juga yang kanan karena dua-duanya gigi bandel yang tumbuh nggak normal. Hari itu juga saya memutuskan untuk melakukan odontectomy di hari senin, hohoho, dan koasnya meng-iya-kan. Biaya konsultasi di RSGM FKG Unpad Rp25.000,00 ya teman-teman, dan pendaftaran pasien baru Rp5.000,00.

Taraaaa, hari yang ditunggu pun telah tiba, 4 Januari 2016, di saat siswa sekolah bahagia karena masih libur, di saat mahasiswa bahagia karena UAS-nya udah beres, ini kok rasanya lemes tegang penasaran gimanaaa gitu. Saya langsung melakukan pendaftaran pukul 9 pagi, untuk selanjutnya ingin ditujukan ke Klinik Speisialis Bedah Mulut dan Maksilofasial. Biaya pendaftaran untuk pasien lama Rp2.000,00. Saya sarankan bagi kalian yang akan berobat ke sana, lebih baik datang di awal pendaftaran (mulai jam 08.00 untuk pagi hari, jam 13.00 untuk siang hari), atau tergantung kondisi juga sih, yang pasti daftar lebih awal akan lebih baik, karena tadi saya nunggu sekitar 4 jam. Hari ini emang banyak juga yang mau odontectomy, entah mengapa mungkin karena ini hari Senin -_- Sebelum dipanggil untuk odontectomy, terlebih dahulu dicek tensi, ditanya udah makan apa belum, dihitung denyut nadinya, dan banyaknya napas dalam periode tertentu. Entahlah, hanya sang pemeriksa yang tahu, tapi Alhamdulillah tensi normal, jadi untuk operasi it’s OK.

Alhamdulillah dikasih waktu odontectomy yang pas. Pas cuaca lagi adem karena sehabis hujan, pas udah makan siang, pas dokternya udah sholat, pas saya udah nggak tegang lagi. Pokoknya pas, walaupun harus nunggu. Setelah dipanggil untuk odontectomy, dokter mencairkan suasana dulu dengan ngobrol-ngobrol tentang kuliah, belanja baju di mana, udah makan apa belum, asik deh nggak bikin tegang. Kalau sama koasnya sih dari awal cek tensi darah udah banyak ngobrol, banyak ketawa, emang seru. Sebelum odontectomy dimulai, koas juga ngasih penjelasan dulu sejelas-jelasnya, dari mulai apa aja yang mau dokter lakukan, sampai risiko yang bakal terjadi, beserta bagaimana pengobatannya.

Sebelum odontectomy dimulai, mulut dan sekeliling mulut saya dilap pakai kapas yang sebelumnya udah dilumuri obat merah, dan muka saya ditutupin kain biru yang cuma berlubang di bagian mulutnya aja. Taraaaa, jadi nggak bisa liat alat-alat dokter yang menyeramkan. Buat cari aman, saya merem aja deh selama operasi, karena kalau diintip-intip sih masih bisa kelihatan.

Setiap tindakan yang akan dokter lakukan, semua dokter beritahu kecuali satu: ketika dibor. “Disuntik dulu ya, teh”, “Sabar ya, teh bentar lagi giginya keluar”, “Giginya udah keluar ya, teh”, “Dijahit dulu ya, teh”, dan semacamnya. Lama operasi kurang dari satu jam, sekitar 40 menit lah ya. Itu pun nggak selalu buka mulut, ada kalanya boleh nutup dulu, ada waktunya disuruh buka mulut selebar-lebarnya. Hahaha.

Puji syukur setinggi-tingginya saat dokter bilang kalau odontectomynya udah selesai tepat pukul 14.50. Sebelum beranjak, dokter ngasih kain kassa untuk saya gigit +-20 menit di daerah bekas operasi, selama 20 menit itu dilarang telen ludah, dilarang minum, sama dilarang apa lagi ya lupa pokoknya yang paling diinget itu jangan telen ludah. Selama odontectomy, sakit yang kerasa itu cuma pas disuntik dua kali. Setelah itu, nggak ada rasa sakit apa-apa, cuma ditambah ngilu aja sama suara waktu gigi dibor.

Biaya odontectomy satu gigi di RSGM FKG Unpad oleh resident -+Rp450.000,00 pergigi, oleh spesialis bedah mulut -+ Rp1.000.000,00, diluar obat-obatan. Kalau saya dikasih 2 jenis obat yang totalnya Rp13.500,00.

Hingga tulisan ini diterbitkan *hihi* obat baal atau pencegah rasa sakit itu baru hilang (sekitar 4 jam bekerjanya), dan sesekali berasa ngilu di daerah bekas operasi, tapi cuma sesekali kok, kan dibantu obat juga biar ga ngilu dan nyeri, sama ditambah sedikit pening juga dikepala (memang efeknya kali ya?). Sesampainya tadi di rumah juga memang masih ada sedikit darah-darah, tapi sekarang udah berhenti. Larangan dokter pasca operasi itu jangan makan yang panas-panas, jangan dulu ngunyah di sebelah kiri, jangan lupa dimakan obatnya.

***

Satu minggu setelah dilakukan odontectomy, saya datang lagi ke RSGM Unpad untuk buka jahitan operasi. Biaya pendaftaran untuk buka jahitan Rp2.000,00, dan biaya buka jahitan Rp30.000,00. Proses pembukaan jahitan nggak lama, nggak nyampe 10 menit, dan nggak sakit banget, cuma sedikit kerasa saat benangnya ditarik sedikit untuk digunting. Ceritanya sudah selesai, terima kasih ya sudah membaca :) 

2 comments:

  1. Cepet sembuh ya teh, keren nih tulisannya dikemas dengan lucu, mungkin karena dipostingnya hari senin -_-
    Haha diantos update tulisannya!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, terima kasih kakak. OK ditunggu saja :D

      Delete