Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Mau share resume
tausiyah #pengajianhcb sama Ustadzah Sasa yaaa. Temanya “Jatuh Cinta dalam
Pandangan Islam”. Eit, tunggu dulu. Ngomong-ngomong masalah “jatuh cinta”, hal
ini punya cakupan luas. So, jatuh
cinta bukan hanya berkaitan dengan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
berjumpa, saling suka, merajut kisah asmara, dan seterusnya. Nggak selamanya tentang itu.
Pada dasarnya, Islam memiliki prinsip bahwa kita semua bersaudara,
maka tak dilarang apabila kita(perempuan) mengucapkan panggilan sayang yang wajar kepada teman (perempuan)
kita. Kayak “Apa kabar say? Udah lama ga
ketemu,” dilanjutkan dengan cipika-cipiki. Nggak apa-apa.
Berbicara mengenai jatuh cinta, ciri seseorang mencintai itu
adalah dengan ditunjukkannya sikap “rela berkorban” pada dirinya. Contohnya
saja, jika kita mencintai Allah, pastinya kita akan rela berkorban waktu,
tenaga, bahkan hingga perasaan – untuk tetap menjalankan perintah-Nya. Dalam
hal ini, orang yang beriman, dan “jatuh cinta” bukan karena “dunia” akan
menjalani hari-harinya dengan ceria, full
of love, karena “cinta” dan tujuan hidupnya diorientasikan pada Allah
semata.
Dari sini udah ketauan ‘kan maksudnya gimana. Jatuh cinta dalam
Islam itu gimana. Bagaimana pun, niatnya, ujung-ujungnya harus Allah, Allah
lagi, Allah terus.
Ada 6 ciri-ciri orang beriman yang jatuh cinta, yang sebaiknya,
seharusnya kita tiru:
(1 )Untuk pemudi; apabila ada pemuda yang mengajak jalan bersama, maka
ia menolak. Karena menunjukkan bukti cintanya pada Sang Maha Kuasa.
(2) Untuk pemuda&pemudi, khususnya pemuda; apabila ada godaan dari
lawan jenis (pandangan, dll), maka ia menolak, dan harus ditolak.
(3) Orang yang ikhlas bertemu dan berpisah karena Allah.
(4) Orang tersebut tidak mudah tersinggung; apabila berbuat salah
segera meminta maaf.
(5) Orang yang menangis sendirian karena Allah.
(6) Pemuda-pemudi yang dekat dengan masjid.
Semoga kita termasuk ke dalamnya O:-)
Tambahan ilmu dari jawaban
pertanyaan.
Q : Ketika kita berdo’a,
apa boleh kita menyebutkan nama seseorang, dan meminta kepada-Nya untuk
dijadikan jodoh kita?
A : Boleh-boleh
saja, asalkan tidak terkesan “memaksa”. Bahkan sebenarnya, tanpa disebutkan
namanya pun, Allah pasti Mengetahui.
Terimakasih Ustadzah Sasa, sangat bermanfaat ;)
Wallaahu a’lam bish-shawab.
No comments:
Post a Comment