Monday 3 November 2014

Jatuh Cinta dalam Pandangan Islam

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Mau share resume tausiyah #pengajianhcb sama Ustadzah Sasa yaaa. Temanya “Jatuh Cinta dalam Pandangan Islam”. Eit, tunggu dulu. Ngomong-ngomong masalah “jatuh cinta”, hal ini punya cakupan luas. So, jatuh cinta bukan hanya berkaitan dengan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berjumpa, saling suka, merajut kisah asmara, dan seterusnya. Nggak selamanya tentang itu.

Pada dasarnya, Islam memiliki prinsip bahwa kita semua bersaudara, maka tak dilarang apabila kita(perempuan) mengucapkan panggilan sayang yang wajar kepada teman (perempuan) kita. Kayak “Apa kabar say? Udah lama ga ketemu,” dilanjutkan dengan cipika-cipiki. Nggak apa-apa.


Berbicara mengenai jatuh cinta, ciri seseorang mencintai itu adalah dengan ditunjukkannya sikap “rela berkorban” pada dirinya. Contohnya saja, jika kita mencintai Allah, pastinya kita akan rela berkorban waktu, tenaga, bahkan hingga perasaan – untuk tetap menjalankan perintah-Nya. Dalam hal ini, orang yang beriman, dan “jatuh cinta” bukan karena “dunia” akan menjalani hari-harinya dengan ceria, full of love, karena “cinta” dan tujuan hidupnya diorientasikan pada Allah semata.

Dari sini udah ketauan ‘kan maksudnya gimana. Jatuh cinta dalam Islam itu gimana. Bagaimana pun, niatnya, ujung-ujungnya harus Allah, Allah lagi, Allah terus.

Ada 6 ciri-ciri orang beriman yang jatuh cinta, yang sebaiknya, seharusnya kita tiru:
(1 )Untuk pemudi; apabila ada pemuda yang mengajak jalan bersama, maka ia menolak. Karena menunjukkan bukti cintanya pada Sang Maha Kuasa.
(2) Untuk pemuda&pemudi, khususnya pemuda; apabila ada godaan dari lawan jenis (pandangan, dll), maka ia menolak, dan harus ditolak.
(3) Orang yang ikhlas bertemu dan berpisah karena Allah.
(4) Orang tersebut tidak mudah tersinggung; apabila berbuat salah segera meminta maaf.
(5) Orang yang menangis sendirian karena Allah.
(6) Pemuda-pemudi yang dekat dengan masjid.
Semoga kita termasuk ke dalamnya O:-)

Tambahan ilmu dari jawaban pertanyaan.
Q         : Ketika kita berdo’a, apa boleh kita menyebutkan nama seseorang, dan meminta kepada-Nya untuk dijadikan jodoh kita?
A         : Boleh-boleh saja, asalkan tidak terkesan “memaksa”. Bahkan sebenarnya, tanpa disebutkan namanya pun, Allah pasti Mengetahui.
Terimakasih Ustadzah Sasa, sangat bermanfaat ;)

Wallaahu a’lam bish-shawab.

No comments:

Post a Comment