Saturday 1 October 2016

[Event Review] Hijup Kajian Islam with Ustadzah Heni Setyowati dan Ghaida Tsurayya

Assalamu’alaikum..
Alhamdulillah di pekan ini ada event kajian Islam untuk umum yang diselenggarakan oleh Hijup dalam menyambut tahun baru Islam 1438 H, dan dapat kesempatan untuk bisa hadir di sana. Tema di kajian Islam kali ini menarik, yaitu *bisa dilihat di flyer juga* “Membuka Lembaran Baru, Menyambut Indahnya Muharram”.





Ini adalah kali kedua Ustadzah Heni Setyowati dan Teh Ghaida Tsurayya secara bersamaan berbagi ilmunya pada saya –dan pada ukhti-ukhti lain yang hadir-. Kajian dimulai pukul 15.00, namun sayang sekaliii hari Rabu kemarin jam 14.5x saya baru keluar kelas :’(, jadi mau nggak mau harus telat, perjalanan yang ditempuh ke tempat tersebut kurang lebih satu jam, dan itu artinya saya telat satu jam. Walaupun telat, alhamdulillah masih ada ilmu yang didapat.

Ada beberapa point yang saya catat dari hasil kajian Ustadzah Heni Setyowati dan Teh Ghaida, dan yang ingin banget saya share ke temen-temen semua, bismillaahirrahmaanirrahiim O:-)



Tak perlu dirayakan
Kalau kata Teh Ghaida mah ngapain cape-cape ngelakuin yang enggak dicontohin. Artinya dalam menyambut 1 Muharram ini, memang tidak ada contoh dari Rasulullah sekali pun untuk merayakan tahun baru Islam, tetapi lebih ke menyempatkan waktu untuk muhasabah diri dari apa yang telah kita lakukan di satu tahun ke belakang. Tapinya lagi, muhasabah itu akan lebih baik apabila dilakukan setiap hari, jadi kita meluangkan waktu sejenak buat mereview apa aja yang udah kita lakukan di hari itu, apa lebih baik dari hari sebelumnya, atau bahkan lebih buruk. :’)

Yang Wajar-Wajar Saja
Yang wajar-wajar saja apanya? Jadi gini temen-temen, kalau yang namanya tahun baru (bukan hanya Tahun baru Islam), beberapa di antara kita pasti punya To-do list baru, punya keinginan baru, punya target baru, daaaan baru-baru yang lainnya. Misalnya karena semangatnya lagi full karena baru ikut kajian, pulangnya langsung bikin target-target, dan saking terlalu semangat jadi “semangat banget”, tapi di tengah-tengah semangat mulai kendor akhirnya jadi mundur lagi. Nah, menurut paparan Teh Ghaida dan di-iya-kan oleh Ustadzah Heni, hal itu sebaiknya dilakukan wajar-wajar saja, tetapi tetap istiqomah dengan apa yang ingin kita capai. Bukan nggak boleh, tapi diseimbangkan dengan kemampuan kita, agar tidak kecewa kalau target itu nggak tercapai :)

Kita Hidup Untuk Menunggu...
Menunggu apa coba? Seperti yang dipaparkan Ustadzah Heni, kita hidup untuk menunggu waktu solat. Masha Allah dengernya merinding. Jadi, selagi nunggu waktu solat, kita bekerja atau melakukan hal-hal lain, sampai akhirnya ada kumandang adzan kita harus menyergerakan sholat :’) dan yang paling Allah suka itu sholat di awal waktu. Sulit katanya untuk bisa ngejabanin sholat di awal waktu, makanya Teh Ghaida cerita kalau beliau punya semacam perkumpulan gerakan sholat di awal waktu yang tujuannya untuk ngingetin temen-temennya biar segera menunaikannya sholat setelah adzan berkumandang. Meski jaraknya jauh-jauhan, kan udah ada WA ya J. Nah, mungkin hal itu bisa kita tiru ya teman-teman. Fastabiqul khoirot :)

Sahabat Sampai Akhirat
Sedikit mengutip hasil kajian lalu, di mana pertemanan itu bisa mencuri tabi’at. Benang merah adalah dengan salah satu pertanyaan yang diajukan salah satu ukhti di kajian kemarin. Intinya seperti ini, misal kita berada di lingkungan yang “nggak gue banget”, di mana kita lagi berusaha hijrah, tapi lingkungan kita tuh normal-normal aja, niat sih oke pengen ngajak temen-temen juga buat hijrah bareng, niat kita pengen ngasih “warna” buat mereka, tapi kita tuh cuma “sendiri”, gimana caranya biar kuat?! Nah intinya kayak gitu, dan Teh Ghaida kembali memberikan pencerahan kalau kita emang perlu lingkungan yang baik, back up gitu lah istilahnya, di tengah teman-teman kita yang “berwarna-warni”, baik itu back up keluarga, sahabat, atau liqo dengan orang yang punya ilmu lebih dari kita.

Ngerem Sejenak
Nggak jauh dari ulasan di atas “Sahabat Sampai Akhirat”, ngerem sejenak –seperti yang digambarkan Teh Ghaida- itu untuk situasi di mana kita kayak ngerasa ada di kondisi kalau jati diri kita itu nggak “hadir” di sana. Contoh kayak kita lagi ada di perkumpulan yang ngebuat kita kebawa arus, pendirian kita ilang, dan lupa tujuan –karena saya juga yakin sih beberapa di antara kita berada di ranah pekerjaan yang agak bertolak belakang dengan kepribadian, atau tujuan hidup-.
Selain perlunya muhasabah mempertegas “tujuan hidup kita itu apa sih?“, kita juga perlu ngerem. Ngerem di sini bisa menarik diri untuk beberapa saat nyambi mengatur strategi dan memperkuat diri. Tapi, nggak perlu bilang-bilang juga sama lingkungan sekitar kita “aku mau ngerem, bye, jangan ganggu aku dulu!” nggak perlu J
Seperti yang dipaparkan Ustadzah Heni, turunnya keimanan seorang muslim itu bukan kayak gini:
Tapi kayak gini:

Bukan jatuh banget, tapi butuh waktu buat memperbaiki “strategi”. :)
Nah, yang nggak kalah penting, kita harus pintar mengelola peliharaan kita yang namanya “media sosial”. Siapa yang kita follow bisa ngasih pengaruh baik/buruk lho. Jadi, kalau saya pribadi juga belajar filter akun-akun yang saya follow, jangan sampai yang kita follow malah ngasih mudarat, bukan manfaat. Temen-temen juga ya :)

---

Wallaahu a’lam bishawab :)
Semoga kita selalu diberikan lingkungan yang baik dan jadi pribadi yang lebih baik lagi di tahun baru islam ini :’) Terima kasih sudah menyempatkan baca, sampai ketemu di postingan selanjutnya :)

No comments:

Post a Comment